Terjalnya Pendakian Gunung Kinabalu Saat Summit Attack

Restaurant di Laban Rata.. Selalu ramai dan gak pernah sepi..
makanan yg disajikan berupa continental meals. ada Lamb chop nya kaka… vegetable saute.. corn soup.. burger.. aahh semuanya banyak deh.. Buffet lengkap yg disajikan untuk makan malam.. yah lumayan lah buat carbo loading.
so, buat para pendaki Kinabalu, gak perlu repot-repot bawa makanan untuk masak, semua udah disediakan. cukup bawa snak ajah untuk ganjel lapar sepanjang perjalanan..

bagian inilah yg biasanya ditunggu-tunggu yaitu Summit Attack.
perjalanan menuju Low’s Peak 4.095,2mdpl Puncak Tertinggi di Kinabalu akan ditempuh kurang lebih 3 jam.
Nah tapi ada syarat mutlaknya nih, semua pendaki wajib sampai di Sayat-sayat check point sebelum pukul 5.00 pagi.
Kalau telat pendaki tersebut tidak bisa melanjutkan perjalanan summit nya lagi.

Bukan hanya itu, ketika sampai di Sayat-Sayat check point pun semua pendaki harus menunjukan ID pass nya, kalau mereka gak bawa, yah siap-siap ajah disuruh turun.
Yeah, memang peraturan mendaki gunung Kinabalu cukup ketat. itulah yg menjadi salah satu seninya.

Jalur Summit Pendakian Kinabalu kerennn!!! ampun-ampun terjalnya..

menikmati sunrise dari ketinggian dengan pemandangan South Peak salah satu puncak dari Gn. Kinabalu.
Jalur yg menanjak, bikin dengkul lemes,ditambah dengan angin super kenceng, dingin dan mulai lelah, tp semua itu terbayar dengan Pemandangan indah diatas awan ini…

Ketika gue liat foto ini lagi, gue terhibur… apalagi ketika baca komen “ini mah bukan naik gunung namanya” ketika gue posting soal penginapan di Laban Rata…
coba deh.. kasih tau gue, apa yg disebut dengan naik gunung?
apa dengan tidur di penginapan berarti bukan naik gunung? apa dengan barang dibawa porter bukan naik gunung? apa dengan tidur yg bukan ditenda, namanya bukan naik gunung?
berarti pendakian di Himalaya namanya bukan naik gunung yah karena semua tidurnya di Lodge/hostel.


Mendaki gunung itu bukan cuma karena alatnya, bukan juga karena namanya,bukan juga soal medannya,dan bukan juga soal fasilitasnya… Mendaki gunung itu soal Hidup… soal makna perjalanan… soal diri sendiri, alam dan Tuhan… mendaki gunung itu… adalah soal jiwa didalamnya.