Perjalanan dari Gua Rangko menuju lokasi berikutnya sama sekali tak terasa berkat teman-teman yang menyenangkan. Kami saling bertukar cerita dan tawa. Beberapa dari kami masih tetap kekeh berjalan hingga sekarang dengan mimpi yang berbeda. Sebagian besar ingin menjadi trip planner sukses, ada yang ingin menulis kisahnya pada sebuah buku, ada juga yang ingin menyelesaikan perjalanannya melintasi nusantara, sama dengan mimpiku.
Lambung kapal merapat di sebuah dermaga kayu yang terlihat masih cukup baru. Dari kejauhan, nampak beberapa bungalow berwarna putih. Sebuah kafe yang memiliki aneka ornamen berada tepat di antara bungalow. Satu kolam renang berukuran sedang yang berada di depan kafe melengkapi keindahan komplek bangunan ini. Seraya Resort, mereka menyebutnya.
Kami bergegas menuju ke arah pantai untuk memesan makanan. Sayang, sesampainya disana hanya beberapa orang dari kami yang bisa memesan. “Sudah close order, Pak” jawab Waitress saat aku memesan mocktail.
Disini, kami menghabiskan waktu untuk menikmati sunset. Ada yang curcol tentang kisah romansanya, ada yang sibuk memotret senja yang mulai turun, ada juga yang sibuk menyeruput juice, yang kulihat hanya tinggal ampasnya saja.
Jujur, senang sekali hari ini, aku bisa menghabiskan bersama teman-teman yang hebat dengan mimpi yang besar. It’s a great honor travel with you, guys!
Sebenarnya, bukan pulau Bidadari yang menarikku untuk kembali hopping island hari ini. Ada satu pulau lain yang dahulu pernah ku singgahi, tetapi sayang saat itu aku tidak mencapai Puncak karena sudah terlalu gelap. Dan beruntung bagiku, Pulau itu masuk kedalam rute perjalanan hari ini.
Selepas dari Pulau Rinca, tiba-tiba hujan tumpah dari langit. Para peserta kelimpungan dan langsung menuju dek atas untuk berteduh. Para ABK sibuk dengan urusannya masing-masing, salah satunya terlihat mengikat beberapa tali yang ada di dek depan. Aku yang awalnya santai-santai di dek depan, buru-buru pindah ke kabin bagian bawah. Saking besarnya hujan, terkadang air masuk kedalam kabin.
Tetapi hujan tak berlangsung lama. Sejam kemudian, tepat saat kapal merapat di Pulau Kelor, hujan reda. Aku memandang puncaknya dari kejauhan. Tanjakan yang cukup curam dan berbatu, namun kelihatannya masih mudah untuk didaki. Ilalang tampak mulai berwarna kuning kecoklatan, sekilas seperti savana-savana di Afrika. Apalagi, ada sebuah bukit dengan lekukan lembah yang terlihat seperti bukit zaman dinosaurus menurutku. Aku membayangkan, bisa saja zaman dahulu kala, Dinosaurus menguasai tempat ini. Khayalanku melayang kemana-mana.
Ternyata benar kata orang, menghayal membuat waktu terasa lewat begitu saja. Tak terasa, aku dan Guri sudah tiba di Puncak. Alhamdulillah, bisa kembali lagi ke pulau Kelor.